|
The ONLY FEAR IN LIFE IS THAT I FORGET HOW GOD HAS LED ME IN THE PAST! And remember: WHEN YOU'RE BUSY JUDGING PEOPLE, YOU HAVE NO TIME TO LOVE THEM.
|
Wadah pengembangan diri dan profesionalisme karyawan muda Katolik se-Keuskupan Agung Jakarta
|
The ONLY FEAR IN LIFE IS THAT I FORGET HOW GOD HAS LED ME IN THE PAST! And remember: WHEN YOU'RE BUSY JUDGING PEOPLE, YOU HAVE NO TIME TO LOVE THEM.
|
The Beauty of Taking Risk : Lessons Learn from Mother Mary
Gerimis di sore hari Senin tanggal 29 Oktober kemarin tidak membuat teman-teman absen di Fordis (Forum Diskusi) di akhir bulan Maria ini. Fordis kali ini berbeda dengan Fordis2 sebelumnya yang di-organize oleh Bid.Profesionalitas. Kali ini organizernya adalah Bid.Spiritualitas (Rohani).
Seperti biasa, acara dimulai sedikit terlambat, menunggu teman-teman yang kena macet di jalan. Sekitar pukul 19.30, Fang-fang (Korbid.Rohani) merangkap jadi MC di Fordis kali ini, dengan sedikit malu-malu (karena baru berkenalan dengan Romo Deshi yang ganteng), membuka dengan doa dan memperkenalkan secara singkat (tepatnya menyuruh Romo Deshi memperkenalkan dirinya sendiri :-).
Dengan cara yang sungguh rendah hati dan simpatik, Romo Deshi memperkenalkan dirinya, yang adalah seorang anak Haji (tetapi beribu Katolik dan dibaptis secara Katolik sejak bayi, seperti semua saudara-saudaranya. Seorang ibu yang luar biasa, yang bisa membawa seorang Haji untuk menikah di dalam Gereja Katolik, meskipun tetap dengan agamanya, red.). Romo sudah masuk seminari sejak usia 15 tahun, jadi katanya, sudah suci sejak remaja. Romo kemudian melanjutkan studi dan menyelesaikan disertasinya di Barkeley, Amrik. Selain menjadi dosen tetap di STF Drijarkara, Romo saat ini juga mendampingi para frater Jesuit di asrama frater di belakang Salemba. (jangan disatroni ya, red.)
Sesuai dengan tema dalam rangka penutupan Bulan Maria, Romo membahas Luk 1 : 26-38, yaitu kisah malaikat Gabriel membawa pesan kepada Maria. Kita mungkin terbiasa dengan perikop ini dalam masa
Peserta diajak untuk fokus pada apa yang “DIDENGARKAN” Maria dan apa yang “DIKATAKAN”-nya. Peserta Fordis dimanja oleh Romo dengan dibacakan satu persatu ayatnya. Romo maklum, orang Katolik jarang bawa alkitab. (Untuk teman-taman yang membaca blog ini, silakan baca perikop tersebut untuk menemukan apa saja yang didengarkan dan dikatakan oleh Maria, red.)
Luk 1 : 26 - 38
1:26 Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah
1:27 kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
1:28 Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau."
1:29 Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
1:30 Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.
1:31 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
1:33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
1:34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
1:35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
1:36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
1:37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
1:38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia
Butir-butir makna yang diambil Romo adalah:
Yang DIDENGARKAN Maria adalah:
· "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." (1:28)
· "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah …” (1 : 30)
· "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau …” (1 : 35)
· “Bagi Allah tidak ada yang mustahil." (1 : 37)
Yang DIKATAKAN Maria adalah:
· "Bagaimana hal itu mungkin terjadi ... " (1 : 34)
· "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." (1 : 38)
Seperti halnya Maria, Tuhan juga senantiasa mengaruniai dan menyertai kita (hanya saja kita sering lupa dan kurang bersyukur). Karenanya kita jangan takut dan harus berani mengambil resiko, seperti Maria berani mengambil resiko mengikuti kehendak Allah, menjadi Bunda Yesus dan menemani-Nya hingga di bawah salib. Mengikuti kehendak Allah, bukan berarti terhindar dari resiko. Tetapi kita harus berani menghadapi resiko melakukan kehendak Allah karena Allah senantiasa mengaruniai dan menyertai kita. Bagi Allah tidak ada yang mustahil.
Awalnya, Maria tidak berani mengatakan sesuatu (tetapi bertanya dalam hatinya arti salam yang didengarnya). Kemudian Maria mengungkapkan keraguannya. Tetapi Maria berani mengambil resiko untuk mengikuti kehendak Allah. “Jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Lessons on Believing:
Makna dari perikop ini yang dapat diterapkan bagi anggota KKMK sebagai profesional muda adalah:· Believing is taking risk
· Believing is being led by a vision
· Believing is being energized by a passion
· Believing is being evaluated by strength, love and self-control (see 2Tim 1 : 17)
· Believing is paying attention to the margin (see Luk 10 : 21)
Percaya berarti berani mengambil resiko. Romo mengajak peserta mengucapkan kembali Syahadat Para Rasul dengan mengganti kata Aku Percaya dengan Aku berani mengambil resiko bersama ….
Romo Deshi yang sudah melakukan quick familiarization dengan KKMK tahu jika anggota KKMK sangat tertarik dengan topik-topik motivasi, sehingga Romo juga menyesuaikan bahasanya dengan vision (dream, impian) dan passion (perasaan mendalam terhadap sesuatu, lebih dari sekedar tertarik/attracted, misalnya Passion of the Christ).
Romo juga mengaitkan dengan “The Secret” (law of vibration) yang sedang nge-trend belakangan ini, dan mengingatkan untuk selalu bertumpu pada kehendak Allah, bukan pada kehendak pribadi, seperti yang diulas dalam The Secret. Jika The Secret mengatakan “Jika anda benar-benar menginginkan apa saja dan memintanya maka alam semesta akan memberikannya kepada anda”, maka Romo Deshi mengatakan mengikuti kehendak Allah, kadang ada unsur kejutan (surprised).
Seorang yang beriman harus berani mengambil resiko, memiliki visi jauh ke depan, yang membangkitkan passion untuk mencapainya, diukur dengan kekuatan, kasih dan pengendalian diri, serta memperhatikan hal-hal yang tidak penting (marginal).
Aplikasi untuk KKMK: (red.)
Berani mengambil resiko (waktu, emosi, dana, dll) untuk take action (do something sesuai kehendak Allah), dalam hal ini: menumbuhkan KKMK di seluruh paroki se-KAJ. (Jangan menghindari resiko dengan hanya menjaga agar KKMK yang ada tetap aktif, tetapi tidak punya keberanian mengambil resiko untuk menumbuhkan yang baru karena akan butuh energi lebih besar, termasuk untuk menjaganya karena KKMK Paroki akan bertambah jumlahnya, bukan lagi 30 tetapi 62, yaitu seluruh paroki se-KAJ).
Visionnya adalah: KKMK yang mandiri dan menjadi wadah untuk seluruh karyawan muda se-KAJ, yang dapat menjangkau seluruh paroki yang ada di KAJ (Jatabek).
Passionnya adalah: semua pengurus termotivasi oleh visionnya (yang sesuai kehendak Allah) dan oleh Roh Kudus yang berkarya dalam dirinya dan mengalami sukacita dalam berinteraksi dengan pengurus lain maupun anggota, untuk bersama-sama menumbuhkan KKMK baru dan menjaga agar KKMK Paroki yang ada semakin bertumbuh dan menjadi besar dan mandiri.
Baik pengurus maupun anggota semakin bertumbuh dalam kekuatan (menghadapi tantangan dan godaan keduniawian), dalam kasih (terhadap sesama pengurus dan anggota) dan pengendalian diri (dalam berinteraksi dengan hirarki dan masyarakat).
Dalam passion untuk mencapai visionnya, pengurus dan anggota KKMK agar selalu memperhatikan hal-hal yang dianggap tidak penting (mungkin karena tidak langsung terkait dengan aktivitas KKMK atau nampaknya terlalu kecil), misalnya perlunya kepedulian terhadap: lingkungan hidup, kebangsaan dan kenegaraan, rakyat kecil yang terpinggirkan/ditindas, rekan-rekan yang sedang dirundung kemalangan, dll.
Terima kasih atas sharingnya yang inspiratif, Romo Deshi. Proficiat KKMK !
(HG)
Untuk lebih mengembangkan jiwa seorang profesional dalam diri seorang Katolik, maka Fordis kali ini mengambil tema ”Profesional dalam Tuhan”. Disini dipaparkan bahwa sebenarnya banyak hal yang dapat kita pelajari dalam Kitab Suci untuk menjadi seorang profesional di dalam Tuhan untuk meraih kesuksesan yang kita dambakan.
Sebagai pembicara adalah Bapak Hizkia Wehantow, yang selain seorang professional consultant di bidang loan management, juga seorang pembicara publik dan ketua dari suatu organisasi pelayanan korban narkoba.
Beliau membagi pengetahuannya dengan membedah kitab suci untuk mendapatkan kiat-kiat bagaimana kita sebagai seorang Katolik dapat berkembang dalam dunia usaha (sebagai seorang yang profesional di lingkungan kerja), tanpa meninggalkan ciri2 keKatolikan kita.
Untuk menjadi seorang profesional untuk Tuhan, beliau memberikan contoh-contoh yang dilandasi dengan ayat-ayat yang ada di dalam Kitab suci. Sebagai contoh dia memberitahu bahwa kita sebagai individu Katolik harus melakukan yang terbaik di tempat kerja dengan segenap hati. Kerja bukan hanya sebagai rutinitas fisik belaka (Kolose 3:23).
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menjadi seorang profesional di dalam Tuhan?
Carilah maka akan kau dapatkan , ketuklah maka pintu akan dibukakan untuk mu, proses mencari dan mengetuk ini mengharuskan kita menemukan dulu Kunci yang akan dipakai untuk membuka pintu. Dan kunci itu ada di mazmur 1 ayat 1 yang isinya:
Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saya yang diperbuatnya BERHASIL.”
Maka inti dari semua itu adalah, Mat 6:33 ”Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”
Dengan semakin majunya teknologi informasi yang ada saat ini, sangatlah baik jika kita mulai mempelajari dan mencari tahu agar tidak ketinggalan. Beberapa teman kita dari KKMK pun rela membagi ilmunya seputar internet dan website yaitu Wiliam dan Thomas.
Dengan pengalaman yang mereka miliki, banyak hal yang dibagikan kepada kita diantaranya adalah mendapatkan akses internet yang murah dan cepat, mencegah virus komputer serta bagaimana membuat website tanpa membayar.
Pada kesempatan ini pula, mereka mensosialisasikan milis KKMK KAJ.
Ayo, siapa yang belum bergabung di milis ini? Caranya gampang kok, hanya
mengirimkan email kosong ke : kkmkkaj-subscribe@yahoogroups.com. Nanti Anda akan mendapatkan email dari moderator yang menyatakan Anda telah di terima menjadi anggota milis. Setelah Anda di-approve moderator dan menjadi member milis, Anda dapat mengirimkan email ke milis ini ke kkmkkaj@yahoogroups.com. Di Milis yang menjadi salah satu sarana komunikasi komunitas kita ini Anda bisa mendapatkan banyak informasi seputar kegiatan KKMK KAJ. Anda juga dapat melihat info dan liputan kegiatan KKMK KAJ di blog kkmkkaj.blogspot.com.
Jadi buat Anda yang belum bergabung, buruan ya daftarkan diri Anda.
Merenungkan Firman Tuhan
Membuka bulan Kitab Suci, Fordis kali ini mengambil topic Merenungkan Firman Tuhan dengan menggali kekayaan rohani di dalam Alkitab.
Disini Romo Herwin Susilo membagikan pengetahuannya tentang alkitab serta pendekatan umum dalam memahami kitab suci.
Untuk mengenal kitab suci, Romo Herwin Susilo mengumpamakan alkitab sebagai sebuah perpustakaan yang diklasifikasikan menjadi dua ruangan besar yaitu ruangan perjanjian lama dan pernjanjian baru.
Buku-buku yang ada pada ruangan perjanjian lama semuanya ditulis 1000 tahun sebelum kelahiran Yesus Kritus. Pada intinya buku-buku pada ruangan ini adalah hasil refleksi sebuah bangsa kecil (Israel) yang merindukan kemerdekaan dan kebebasan.
Jika kita memasuki ruangan Perjanjian Baru, buku-buku yang ada disini ditulis dalam periode seratus tahun setelah penyaliban Yesus yang isinya berfokus pada kehidupana, ajaran dan iman akan Yesus Kristus.
Selain itu ada juga buku-buku tersembunyi dalam perpustakaan ini yang biasa disebut dengan Apocrypha.
Dalam memahami kitab suci ada beberapa cara dapat dilakukan yaitu dengan mendengar, kutipan, studi alkitab dan Lectio Divina.
Lectio Divina sudah tak asing lagi di telinga kita, ini adalah metode mendalami Alkitab dengan cara membaca, lalu merenungkan/meditasi, sharing, kemudian dilanjutkan dengan mendengarkan dan akhirnya ditutup dengan doa.
Dengan mengetahui apa itu alkitab, maka dapat disimpulkan bahwa alkitab adalah salah satu pedoman iman karena berisi hasil refleksi yang menyatakan kehadiran Tuhan dalam perjalanan hidup dan iman para muridnya.
MUSLIM DAN KRISTEN DIMINTA JADI “PENDIDIK PERDAMAIAN”
KOTA VATIKAN (UCAN, 1/10/2007) -- Vatikan meminta kaum Muslim untuk bekerja sama dengan umat Kristen demi perdamaian dan untuk meningkatkan penghormatan terhadap kebebasan beragama.
Jean-Louis Kardinal Tauran, ketua Dewan Kepausan Untuk Dialog Antaragama (PCID, Pontifical Council for Interreligious Dialogue), mengeluarkan himbauan ini pada 28 September dalam pesan tahunan yang dikirim Vatikan kepada kaum Muslim yang merayakan Idul Fitri. Pesta paling besar dalam penanggalan Islam ini mengakhiri bulan puasa Ramadan.
Pengamatan langsung bulan baru secara tradisional memulai sebuah bulan baru dalam kalender bulan Islam, dan kebanyakan kaum Muslim akan merayakan Idul Fitri pada 13 Oktober tahun ini. Tahun ini, dalam pesan Vatikan ini -- Umat Kristen dan Kaum Muslim Dipanggil Untuk Mempromosikan Kebudayaan Damai – kalender Islam (1428) dan penanggalan Barat diberikan.
"Dalam masa-masa sulit yang sedang kita lewati," tulis pesan itu, "umat beriman, sebagai hamba dari Yang Mahakuasa, bagaimanapun bertanggungjawab untuk mengupayakan perdamaian, dengan menunjukkan rasa hormat terhadap keyakinan-keyakinan individu dan komunitas di manapun melalui praktek kebebasan beragama."
Pesan ini juga menekankan pentingnya kebebasan beragama sebagai "hak setiap individu dan batu sendi dari hak asasi manusia."
Banyak lebih dari satu milyar kaum Muslim dunia berada di Asia, yang meliputi empat negara dengan penduduk Muslim terbesar: Indonesia, Pakistan, Banglades, dan India. Malaysia dan Brunei juga berpenduduk mayoritas Muslim, seperti halnya semua republik Asia Tengah. Lebih dari 2 milyar adalah umat Kristen, sehingga umat Kristen dan kaum Muslim bersama-sama meliputi sekitar separuh dari populasi dunia.
Monsignor Felix Machado, sekretaris PCID asal India, menjelaskan kepada UCA News di Roma, "Kebebasan beragama merupakan jantung hak asasi manusia, dan Gereja Katolik menjadi protagonis kebebasan beragama."
"Paus Paulus VI, Paus Yohanes Paulus II, dan sekarang Paus Benediktus XVI tidak pernah lalai menyuarakan kebebasan beragama sebagai hak asasi manusia yang fundamental,” katanya, dan “agama-agama lain, khususnya Islam, perlu memperhatikan aspek ini."
Monsignor itu menambahkan, "Problem pembatasan praktek agama masih sungguh akut di beberapa negara." Dia juga mengakui bahwa "masih ada banyak ketidaktahuan tentang agamanya sendiri, serta prasangka dan gagasan stereotip tentang agama orang lain." Karena alasan inilah, "ada suatu kebutuhan mendesak untuk mendidik umat beriman" dalam seluruh wilayah ini, katanya.
Monsignor Machado juga menunjukkan bahwa pesan Vatikan ini dikirim terlebih dahulu ke berbagai organisasi besar Islam internasional yang berdialog dengan Vatikan dan ke kedutaan-kedutaan besar dari negara-negara Muslim, serta ke berbagai konferensi waligereja.
Teks lengkap pesan PCID adalah sebagai berikut:
PESAN VATIKAN DI AKHIR RAMADAN UNTUK IDUL FITRI 1428 H. / 2007 A.D.
Kaum Muslim dan Umat Kristen: Dipanggil Untuk Mempromosikan Kebudayaan Damai
Rekan-Rekan Kaum Muslim Yang Terkasih,
1. Ini merupakan suatu kebahagiaan khusus bagi saya untuk pertama kali mengirim pesan hangat penuh persahabatan dari Dewan Kepausan Untuk Dialog Antaragama pada Hari Raya Idul Fitri Anda yang penuh kegembiraan di saat bulan puasa Ramadan yang penuh doa berakhir. Bulan ini selalu merupakan suatu kesempatan penting bagi komunitas kaum Muslim dan memberi setiap individu Muslim suatu kekuatan baru untuk eksistensi personal, keluarga, dan sosialnya. Penting bahwa semua kita memberi kesaksian tentang keyakinan agama kita dengan suatu kehidupan terus terintegrasi dan menyatu dengan rencana Sang Pencipta, suatu kehidupan menaruh perhatian pada pelayanan saudara-saudari kita dalam solidaritas dan persaudaraan yang semakin kental dengan penganut agama lain dan semua orang yang berkehendak baik, dengan kerinduan untuk bekerja sama demi kesejahteraan bersama.
2. Di masa-masa sulit yang sedang kita lewati, umat beragama, sebagai hamba dari Yang Mahakuasa, bagaimanapun bertanggungjawab untuk mengupayakan perdamaian, dengan memperlihatkan rasa hormat terhadap kebebasan hati nurani, yang merupakan hak individu dan komunitas di mana saja melalui praktek kebebasan beragama. Kebebasan beragama, yang tak boleh direduksi ke semata-mata kebebasan beribadat, merupakan satu dari aspek-aspek esensial kebebasan hati nurani, yang merupakan hak setiap individu dan batu sendi hak asasi manusia. Perlu dipertimbangkan persyaratan yang perlu bagi sebuah kebudayaan damai dan solidaritas di antara umat manusia untuk dibangun, yang di dalamnya setiap orang dapat sepenuhnya terlibat dalam pembangunan masyarakat yang terus meningkatkan persaudaraan, dengan melakukan apa saja untuk menyingkirkan, mengutuk, menolak setiap hal yang menimbulkan kekerasan yang tak pernah mungkin digerakkan oleh agama, karena kekerasan itu melukai citra Allah di dalam manusia. Kita tahu bahwa kekerasan, terutama terorisme yang menyerang secara membabi buta dan menjatuhkan korban tak berdosa yang tak terbilang jumlahnya, tidak mampu menyelesaikan konflik-konflik. Kekerasan itu hanya menciptakan mata rantai yang mematikan dari kebencian yang merusak, dan yang menciptakan kerusakan umat manusia dan masyarakat.
3. Sebagai umat beriman, semua itu terserah kepada kita apakah kita mau menjadi pendidik perdamaian, pendidik hak asasi manusia, pendidik kebebasan yang menghormati setiap pribadi. Selain itu, perlu juga ada kepastian tentang jalinan sosial yang senantiasa kuat, karena manusia harus memperhatikan saudara-saudarinya tanpa diskriminasi. Tidak ada individu dalam komunitas bangsa harus dikecualikan hanya karena alasan ras, agama, atau karakteristik pribadi lain apapun. Bersama-sama, sebagai penganut agama yang berbeda, kita dipanggil untuk menyebarkan suatu ajaran yang menghormati manusia. Kita dipanggil untuk menyebarkan sebuah pesan kasih di antara individu maupun bangsa. Kita secara khusus bertanggungjawab untuk memastikan bahwa orang-orang muda kita, yang akan memikul tanggung jawab terhadap dunia di masa depan, dibentuk dalam semangat ini. Bagaimanapun, ini merupakan tanggung jawab keluarga dan kemudian mereka yang terlibat dalam dunia pendidikan, dan para pemimpin masyarakat dan agama. Mereka semua bertugas untuk memperhatikan penyebaran suatu ajaran yang adil. Mereka harus menyediakan pendidikan yang memadai bagi setiap pribadi sesuai keadaan tertentu, terutama pendidikan kewarganegaraan yang mengajak setiap orang muda untuk menghormati orang-orang disekitarnya, dan untuk melihat mereka sebagai saudara-saudari yang bersamanya dipanggil untuk hidup setiap hari, bukan dengan bersikap acuh tak acuh, tetapi peduli sebagai saudara. Ini lebih mendesak dari apapun, dan ini perlu diajarkan kepada generasi muda tentang nilai-nilai kemasyarakatan, moral, dan kemanusiaan yang fundamental. Ini perlu baik untuk kehidupan komunitas dan personal.
Semua kekasaran harus digunakan untuk mengingatkan kaum muda tentang apa yang sedang menanti mereka dalam kehidupan sosial. Yang menjadi ukuran adalah kesejahteraan bersama dalam masyarakat dan di seluruh dunia.
4. Dalam semangat ini, adanya dan mendalamnya dialog antara umat Kristen dan kaum Muslim harus dianggap penting, baik dalam dimensi pendidikan maupun kultural. Maka segenap kekuatan dapat dikerahkan dalam pelayanan manusia dan kemanusiaan, sehingga generasi muda tidak menjadi blok budaya dan agama yang saling berlawanan, tetapi saudara dan saudari sejati dalam kemanusiaan. Dialog merupakan alat yang dapat membantu kita untuk keluar dari spiral konflik dan berbagai ketegangan terus menerus dalam masyarakat, sehingga segenap masyarakat dapat hidup tenang dan damai, saling menghormati, dan rukun di antara komponen kelompok.
Agar semua ini tercapai, dengan sepenuh hati saya mohon kepada kalian untuk sedikit memperhatikan kata-kata saya, sehingga, melalui kontak dan pertukaran, umat Kristen dan kaum Muslim akan bekerja sama dalam rasa saling menghormati demi perdamaian dan masa depan yang lebih baik bagi semua orang. Kerja sama itu akan menjadi teladan untuk diikuti dan ditiru oleh orang muda dewasa ini. Dengan begitu, mereka akan memiliki keyakinan yang baru dalam masyarakat dan akan melihat kemajuan dalam menyatu dan terlibat transformasi sosial. Pendidikan dan teladan juga akan menjadi sumber harapan bagi mereka di masa depan.
5. Ini adalah harapan penuh bersemangat yang saya bagikan dengan kalian: umat Kristen dan kaum Muslim terus mengembangkan hubungan yang konstruktif dan penuh persahabatan untuk saling berbagi kekayaan khusus mereka, dan bahwa mereka akan secara khusus memperhatikan mutu kesaksian dari sesama umat mereka.
Sahabat-sahabat Muslim yang terkasih, sekali lagi saya sampaikan salam hangat saya pada kesempatan pesta yang kalian rayakan dan saya mohon kepada Allah sumber Perdamaian dan Kerahiman untuk menganuegrahkan kesehatan yang baik, ketenangan, dan kemakmuran kepada kalian.
Jean-Louis Kardinal Tauran Uskup Agung Pier Luigi Celata
Ketua Sekretaris
According to ecclesiastical tradition, Andrew began his missionary activity in the Provinces of Vithynia and Pontus on the southern shores of the Black Sea. Later he journeyed to the City of Byzantium and founded the Christian Church there, ordaining the first Bishop of Byzantium, Stachys, who was one of the 70 disciples of the Lord.
After Pentecost, Andrew taught in Byzantium, Thrace, Russia, Epiros, and Peloponnese. In Amisos, he converted the Jews in the temple, baptized them, healed their sick, built a church, and left a priest for them. In Bithynia, he taught, healed their sick, and drove away the wild beasts that bothered them. His prayers destroyed the pagan temples, and those who resisted his words became possessed and gnawed at their bodies until Andrew healed them.
The First Called, Wonderworker
In one of his several missionary journeys to Greece, Andrew visited the City of Patras. Through his preaching and the miracles of healing he performed, in the name of Jesus, many persons were converted to Christianity. Among those healed was Maximilla, the wife of the Roman Proconsul, Aegeates. Seeing this miracle of healing, Stratoklis, the highly intellectual brother of the Proconsul, also became a Christian, and Andrew consecrated and enthroned him as the first Bishop of Patras.
As a prophet, he foretold of the greatness of Kiev as a city and a stronghold of Christianity. In Sinope, he prayed for the imprisoned Apostle Matthias, and his chains fell from him and the cell door opened. The people beat Andrew, breaking his teeth, cutting his fingers, and left him for dead in a dung heap. Jesus appeared to him and healed him, telling him to be of good cheer. When the people saw him the next day, they were amazed and they believed. At another time, he raised a woman's only son from the dead.
The Crucifixion of the First Called
The conversions to the Christian Faith by members of his own family infuriated the Proconsul Aegeates, and he decided, with the urging of the idolators who advised him, to crucify Andrew. The crucifixion was carried out on an X-shaped cross with the body of the Apostle upside down so that he saw neither the earth nor his executioners, but only the sky which he glorified as the heaven in which he would meet his Lord. Aegeates had him tied to the cross in this manner so that he would live longer and suffer more.
Twenty thousand of the faithful stood by and mourned. Even then, Andrew taught them and exhorted them to endure temporary sufferings for the kingdom of heaven. Out of fear of the people, Aegeates came to remove Andrew from the cross. Andrew, however, said that Aegeates could still become a Christian, but that he had already seen Jesus and he would not allow himself to be removed from the cross. Many tried to undo the knots, but their hands all became numb. Suddenly, a heavenly light illumined Andrew for about a half hour. When it left, Andrew had given up his spirit.
His body was tenderly removed from the cross by Bishop Stratoklis and Maximilla, and buried with all of the honor befitting the Apostle. Soon countless numbers of Christians made their way to Patras to pay reverence to the grave of Andrew, and when Aegeates realized that the man he had put to death was truly a holy man of God a demon fell upon him and tormented him so powerfully that he committed suicide.
Re-burial in Constantinople
In the month of March in the year 357 the Emperor Constantine (son of Constantine The Great) ordered that the body of Saint Andrew be removed from Patras and be reinterred in the Church of the Holy Apostles in Constantinople. With all the magnificence and honor of the Byzantine Empire and the Great Church of Christ at Constantinople, Saint Andrew was returned to the City that had first heard the message of Jesus Christ from his lips. Thus he became in death, as well as in life, the founder of the Great Church of Christ in Constantinople. His relics are in Constantinople along with the Apostle Luke and Timothy, the disciple of Paul, in the Church of the Apostles.
Patron Saint of Scotland
The deeds and preaching of Andrew became known in all parts of the world. According to tradition a part of the remains of Andrew were taken to Scotland, and he was chosen as the Protector of the Scottish people. The Cross of Saint Andrew also adorns the British flag where it was placed after the union of Scotland and England. The skull of Andrew was kept in Patras until the year 1460 when Thomas Paleologos, the last ruler of the Morea, brought the skull to Rome. In 1967, under the orders of Pope Paul of the Roman Church, the skull was returned to Patras with all of the pomp and dignity of the Papal State. He remains the patron saint of Russia, Scotland and Romania to this day.
The Call of Saint Andrew
Today the voice of Saint Andrew continues to call on all Christians, especially the Orthodox Christians throughout the world, who celebrate his memory on November 30th in the liturgical year. His unstilled spirit beckons across the centuries proclaiming: "The Saviour of the world has come! He is the Christ, the Son of God!" This is the call of Saint Andrew to all men for "Jesus Christ is the same yesterday, today and tomorrow" (Hebrews 13:8).
"Semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai"
(Bar 4:5-12.27-29; Luk 10:17-24)
"Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: "Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga." Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya."(Luk 10:17-24), demikian kutipan
Berefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Ketika saya berkarya di Keuskupan Agung Semarang dan tinggal di Wisma Keuskupan, kami mempunyai pembantu rumah tangga yang tidak lulus SD alias nampak bodoh, tetapi jujur, cekatan, rajin dan setia dalam melaksanakan tugas pekerjaannya setiap hari. Ia juga nampak bersyukur dan berterima kasih boleh `melayani' di Wisma Keuskupan. Mengingat hal itu sungguh menyentuh hati apa yang disabdakan/didoakan oleh Yesus: ": "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.". Orang pandai dan bijak pada umumnya hanya ngomong saja, jarang bertindak secara praktis sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam hidup sehari-hari. Apa yang kita butuhkan dalam hidup sehari-hari agar kita bahagia dan sejahtera rasanya adalah hal-hal atau perkara-perkara kecil dan
sederhana, bukan yang besar dan sulit berbelit-belit, misalnya makan, minum, tidur, istirahat, kebersihan kamar dan lingkungan dst.., dan yang mengusahakan atau mengerjakan hal-hal kecil dan sederhana tersebut adalah `orang-orang kecil'. Dari pembantu rumah tangga yang sederhana tersebut saya pribadi belajar dalam hal kejujuran, kecekatan, kerajinan dan kesetiaan serta kegairahan dan kegembiraan dalam melaksanakan tugas pekerjaan, dan tentu saja syukur dan terima kasih atas apa yang dialami dan sedang terjadi. Maka marilah kita perhatikan mereka yang kecil, hal-hal atau perkara-perkara kecil setiap hari. Orang-orang kecil pada umumnya mendengarkan dan memperhatikan kebutuhan hidup sehari-hari yang kecil dan sederhana tersebut. "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar." (Luk 16:10)
• "Kuatkanlah hatimu, anak-anakku, berserulah kepada Allah; Dia yang mengirim bencana itu akan teringat kepadamu pula. Seperti dahulu angan-angan hatimu tertuju untuk bersesat dari Allah, demikian hendaklah kamu sekarang berbalik untuk mencari Dia dengan sepuluh kali lebih rajin."(Bar 4:27-29). Kutipan ini rasanya tidak hanya untuk anak-anak saja melainkan bagi kita semua. Apa yang dikatakan dalam kitab Barukh tentang bagaimana angan-angan dan gairah kita ketika hendak berbuat jahat atau berdosa, kiranya pernah kita alami atau lakukan juga. Dengan penuh gairah dan semangat, entah sadar atau tidak sadar, kita melakukan dosa atau kejahatan, sehingga kita menderita dan sengsara seperti saat ini. Tidak ada kata terlambat, marilah kita bertobat atau memperbaharui diri, `berbalik untuk mencari Dia dengan sepuluh kali lebih rajin 'dibandingkan ketika berbuat jahat atau berdosa. Mungkin ketika berbuat dosa atau jahat kita sendirian saja, tetapi jika mau bertobat atau memperbaharui diri pasti banyak orang siap membantu kita, itulah artinya `sepuluh kali lebih rajin'. Percayalah dan imanilah jika kita sungguh berkehendak untuk bertobat atau memperbaharui diri pasti kasih karunia dan kemurahan hati Allah mengalir melimpah ruah melalui kebaikan dan kemurahan hati sesame dan saudara-saudari kita, dan dengan demikian kita akan berbalik kepada Allah dengan mudah dan ringan. Kutipan diatas kiranya juga merupakan ajakan atau panggilan bagi kita semua untuk tidak hidup sendiri/menyendiri atau berjuang sendirian, melainkan bekerjasama atau bergotong-royong, saling membantu dan mengasihi sampai mati.
"Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali! Sebab TUHAN mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang-Nya dalam tahanan. Biarlah langit dan bumi memuji-muji Dia, lautan dan segala yang bergerak di dalamnya." (Mzm 69:33-35)
Rm. Maryo