Selasa, September 25, 2007

Renungan Harian bersama Rm. Marya

"IbuKu dan saudaraKu ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya"

(Ezr 6:7-8.12b.14- 20; Luk 8:19-21)

"Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya: "Ibu-Mu dan saudara-saudara- Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau." Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara- Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya. "(Luk 8:19-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme) rasanya masih marak dalam kehidupan bersama pada saat ini, entah di masyarakat, tempat kerja atau pemerintahan dan perusahaan. Yang paling kentara dan jahat kiranya adalah 'korupsi', namun korupsi dapat merajalela dan sulit dibendung ketika memperoleh landasan dan dukungan dari kolusi maupun nepotisme, sebagaimana terjadi pada era presiden Suharta bersama dengan anak-anak dan kroni-kroninya, yang kemudian dengan mudah ditiru oleh para gubernur. Memang para pejabat publik melakukan korupsi pada umumnya memperoleh dorongan dan dukungan dari bisnis atau pengusaha, yang kaya akan uang dan harta benda. Sabda Yesus hari ini kiranya mengajak dan memanggil kita semua untuk memberantas KKN yang masih marak di era Reformasi dan Otonomi Daerah masa kini. Kita yang percaya kepada Yesus Kristus akan tetap menjadi 'ibu dan saudara-saudariNya' , jika kita mendengarkan firman Allah dan melakukannya. Menjadi pendengar dan pelaksana firman Allah itulah panggilan dan tugas perutusan kita. Firman Allah dapat kita temukan dalam Kitab Suci, dan juga dalam aneka tatanan dan aturan hidup bersama maupun dalam diri orang yang berkehendak baik. Maka marilah kita buka hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita terhadap sapaan, ajakan, nasehat, ajaran dst.. yang memanggil kita untuk berbuat baik: kita dengarkan dengan rendah hati dan kemudian kita laksanakan atau hayati. Keunggulan hidup beriman atau menjadi murid Yesus Kristus hemat saya dalam hal pelaksanaan atau penghayatan, bukan dalam hal pengetahuan akan ajaran atau omongan. Ajaran utama dan pertama dari Yesus Kristus adalah saling mencintai, dan "cinta harus lebih diwujudkan dalam perbuatan daripada diungkapkan dalam kata-kata" (St.Ignatius Loyola, LR no 230). Kami berharap para pejabat publik dapat menjadi teladan dalam pelaksanaan dan penghayatan ajaran, aturan dan tatanan serta tidak hanya pandai atau cekatan dalam hal omong atau pidato saja. Hendaknya para pejabat publik yang telah dipilih oleh rakyat sungguh bersama dan bagi rakyat dalam memfungsikan jabatan dan kedudukan atau melaksanakan tugas perutusannya.

· "Biarkanlah pekerjaan membangun rumah Allah itu. Bupati dan para tua-tua orang Yahudi boleh membangun rumah Allah itu di tempatnya yang semula. Lagipula telah dikeluarkan perintah olehku tentang apa yang harus kamu perbuat terhadap para tua-tua orang Yahudi mengenai pembangunan rumah Allah itu, yakni dari pada penghasilan kerajaan, dari pada upeti daerah seberang sungai Efrat, haruslah dengan seksama dan dengan tidak bertangguh diberi biaya kepada orang-orang itu" (Ezr 6:7-8). Kutipan ini kiranya dapat dijadikan mawas diri lebih-lebih bagi para pejabat publik dalam hidup bersama, hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apa yang disebut "bupati dan tua-tua orang Yahudi" kiranya para pejabat pemerintah atau publik dan para tokoh masyarakat yang pada umumnya cukup kaya, sedangkan 'rumah Allah' adalah tempat ibadat. Maka kami berharap agar para pejabat pemerintah maupun orang-orang kaya sungguh sosial dalam rangka pengadaan fasilitas-fasilitas umum untuk rakyat, dan hemat saya tidak hanya tempat ibadat, tetapi juga aneka sarana-prasarana lainnya seperti sekolah, rumah sakit, panti asuhan, sarana transportasi umum, jalan-jalan dst.. Semoga kekayaan mereka yang bemilyar-milyar tidak hanya disimpan di bank atau diinvestasikan dalam bentuk uang atau 'valas' tetapi difungsikan untuk membangun sarana-prasarana umum yang sungguh dibutuhkan oleh rakyat banyak. Jauhkan sikap mental menyimpan kekayaan untuk 'tujuh turunan' dan sementara itu banyak orang kelaparan dan kekurangan. Di Indonesia masa kini rasanya dibutuhkan sarana pendidikan atau sekolah yang bermutu serta bantuan atau sumbangan bagi mereka yang miskin dan berkekurangan untuk beaya pendidikan, sehingga 'wajib belajar' tidak hanya menjadi wacana atau omongan, tetapi segera menjadi kenyataan. Kualitas bangsa kiranya ditentukan oleh kualitas pendidikan bagi seluruh rakyat. Perhatikan seluruh rakyat agar makan minum secara sehat dan bergizi serta dapat menikmati pendidikan yang bermutu di negeri sendiri.

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN."

(Mzm 122:1)

Jakarta, 25 September 2007

Tidak ada komentar: