Senin, September 24, 2007

Renungan Harian bersama Rm. Marya

"Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan"

(Ezr 1:1-6; Luk 8:16-18)


"Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."(Luk 8:16-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


· "Ngilmu iku kelakone kanthi laku" (=ilmu terbentuk karena praktek, aksi dan perbuatan), demikian peribahasa bahasa Jawa. Peribahasa ini hemat saya merupakan nasehat atau ajakan agar kita senantiasa berusaha dengan rendah hati mempraktekkan apa yang kita pelajari dan ketahui, sebagaimana disabdakan oleh Yesus. Hal senada juga dinasehatkan oleh St.Ignatius Loyola: "Cinta harus lebih diwujudkan dalam perbuatan daripada diungkapkan dalam kata-kata" (LR no 230). Maka menanggapi nasehat-nasehat tersebut di atas marilah kita dalam hidup sehari-hari, entah di dalam keluarga, masyarakat atau tempat kerja sungguh-sungguh mengaktualisasikan atau mewujudkan kepandaian, kecerdasan, pengetahuan, bakat kita ke dalam aksi atau perbuatan-perbuatan , karena dengan demikian kita akan semakin pandai, cerdas, tahu dan terampil. Untuk itu memang dalam pelayanan pendidikan entah yang terjadi di dalam keluarga atau sekolah perlu memperoleh perhatian yang memadai dalam hal praktek, aksi atau perbuatan, entah yang terkait dengan ilmu pengetahuan maupun budi pekerti. Dalam hal berbudi pekerti misalnya perlu adanya pembiasaan-pembiasaan tindakan konkret, misalnya dalam menjaga kebersihan lingkungan hidup hendaknya ketika ada sampah atau kotoran di halaman atau lantai segera dibersihkan, dalam hal kedisiplinan ketika ada anak yang tidak disiplin langsung ditegor dan diperingatkan saat itu, tidak ditunda-tunda, dst.. Salah satu ciri khas pendidikan atau pembinaan adalah pembiasaan-pembiasaan, maka biasakanlah anak-anak sedini mungkin dalam hal berbuat baik kepada sesamanya dan lingkungan hidupnya. Kebaikan semakin diberikan dan dipraktekkan tidak akan berkurang, tetapi semakin berbambah, mendalam dan kuat. Di dalam hidup bersama kami juga berharap: hendaknya jika kita memiliki kecerdasan dan keterampilan tertentu tidak disembunyikan, melainkan tanpa diminta langsung disumbangkan demi kebahagiaan dan kesejahteraan bersama. Keteladanan dari orangtua/dewasa atau atasan dan pemimpin dibutuhkan dalam hal praktek, aksi dan perbuatan ini.


· "Maka berkemaslah kepala-kepala kaum keluarga orang Yehuda dan orang Benyamin, serta para imam dan orang-orang Lewi, yakni setiap orang yang hatinya digerakkan Allah untuk berangkat pulang dan mendirikan rumah TUHAN yang ada di Yerusalem.Dan segala orang di sekeliling mereka membantu mereka dengan barang-barang perak, dengan emas, harta benda dan ternak dan dengan pemberian yang indah-indah, selain dari segala sesuatu yang dipersembahkan dengan sukarela" (Ezr 1:5-6). Pengalaman ini kiranya layak menjadi permenungan dan refleksi kita. Mungkin dalam kebersamaan kita, entah dalam keluarga, masyarakat atau tempat kerja, tidak sedang mendirikan 'rumah Tuhan' tetapi memiliki cita-cita atau tugas perutusan tertentu, yang harus diwujudkan bersama-sama, secara bergotong-royong. Untuk mewujdukan gotong-royong ini kiranya semua orang harus terlibat atau berparsipasi secara aktif dan proaktif. Yang menjadi pemimpin atau atasan hendaknya menghayati kepemimpinan partisipatif, antara lain dengan mendengarkan dan menanggapi saran, keluh kesah dan suka-duka yang dipimpin, sebaliknya yang dipimpin, semuanya hendaknya tidak bermental 'buruh', hanya bekerja kalau diperintah dan ditunggui, tetapi sesuai dengan fungsi masing-masing berusaha seoptimal mungkin melaksanakan tugas pekerjaannya. Jika semuanya aktif dan proaktif hemat saya kebersamaan kita akan indah dan menyenangkan serta menggairahkan, tidak melelahkan dan tidak membuat frustrasi. Seperti dalam tubuh kita yang memiliki begitu banyak anggota dan masing-masing berfungsi secara aktif dan proaktif demi kesehatan dan kebugaran tubuh, demikian hendaknya kebersamaan hidup kita. Maka " kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus. Hal itu tidak dibutuhkan oleh anggota-anggota kita yang elok. Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus, supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan" (1Kor 12:23-25)


"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya" (Mzm 126:5-6)


Jakarta, 24 September 2007

Tidak ada komentar: