Minggu, September 30, 2007

Topik Fordis (Forum Diskusi) yang saya sukai adalah
(boleh pilih lebih dari 1):



1 Mengelola Diri (Personal Management) 22 (78%)
2 Kepemimpinan (Leadesrship) 22 (78%)
3 Komunikasi (Communication) 20 (71%)
4 Perencanaan Keuangan Pribadi 19 (67%)
5 Kewirausahaan (Entrepreneurship) 19 (67%)
6 Pengembangan Sikap Positif 19 (67%)
7 Public Speaking 17 (60%)
8 Menjalin Relasi 15 (53%)
9 Menjalin Network 15 (53%)
10 Humas (Public Relation) 14 (50%)
11 Perencanaan Karir 13 (46%)
12 Masalah-masalah sosial 11 (39%)
13 Tradisi Gereja Katolik 11 (39%)
14 Pelayanan (Service) 10 (35%)
15 Kitab Suci 10 (35%)
16 Situasi Politik di Indonesia 6 (21%)
17 Kiat Membentuk KKMK di Paroki 4 (14%)
18 Organisasi KKMK 4 (14%)



Votes so far: 28
Poll closed


Hasil selengkapnya dapat dilihat di link A KKMK KAJ POLLING.

RENUNGAN HARI MINGGU BERSAMA RM. MARYA



Mg Biasa XXVIc:

Am 6:1a.4-7; 1Tim 6:11-16; Luk 16:19-31


"Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita."




Ceritera ini saya terima dari rekan sekomunitas yang baru saja bertemu dengan seorang kyai, dan karena bagi saya begitu mengesan maka saya angkat kembali di sini. "Wah bapak uskup nanti kalau naik ke sorga lebih membahagiakan dan nikmat dari saya", demikian kata sang kyai. "Lho kenapa pak kyai, khan pak kyai berdoa lima kali sehari, dan kami kurang dari itu?", tanggapan sang uskup. "Begini, di sorga itu yang ada adalah apa yang belum kita nikmati di dunia ini. Khan para pastor di dunia ini tidak boleh menikmati perempuan atau gadis cantik, dan kami di dunia ini tidak boleh makan sate babi. Jadi di sorga nanti paling-paling kami hanya disediakan sate babi dan para pastor disediakan gadis-gadis cantik dan montok serta dapat memilih seenaknya. Apa yang telah kita nikmati di dunia ini tidak ada lagi di sorga, sedangkan apa yang belum kita nikmati didunia ini di sorga disediakan banyak sekali". Omongan singkat ini mungkin sekedar humor tetapi kalau kita refleksikan secara mendalam rasanya benar juga, sebagaimana disabdakan dalam kisah Injil hari ini : "Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita." (Luk 16:25). Maka marilah kita refleksikan 'dialog antara Abraham dan orang kaya' yang diwartakan dalam Injil hari ini.


"Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita." (Luk 16:25).

Apa yang telah dan sedang kita terima dan nikmati di dunia sampai saat ini? Masing-masing dari kita kiranya berbeda satu sama lain perihal apa yang telah dan sedang diterima atau dinikmati, maka marilah dengan rendah hati, jujur dan transparan kita mawas diri. Dengan ini perkenankan saya secara sederhana memberi contoh-contoh mungkin berguna untuk mawas diri:


1) Suami-isteri. John Gray Ph.D. dalam bukunya yang berjudul "Men Are From Mars, Woman are From Venus", yang diterjemahkan dan diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama-Jakarta 1995 menjadi "Pria dari Mars, Wanita dari Venus", antara lain mengatakan bahwa (1) "Wanita perlu menerima perhatian, pengertian, hormat, kesetiaan, penegasan, jaminan, sedangkan Pria perlu menerima kepercayaan, penerimaan, penghargaan, kekaguman, persetujuan, dorongan" (hal 151). Yang dimaksud dengan wanita dan pria disini adalah isteri dan suami. Maka sebagai bahan refleksi silahkan masing-masing mawas diri: sejauh mana saya telah memberikan apa yang harus diterima dari pasangan hidup saya?


2) Orangtua. Wanita dan pria saling mengasihi menjadi suami-isteri dan karena kasih mereka sungguh dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh alias saling bersetubuh maka ada kemungkinan lahir anak sebagai buah kasih dan dengan demikian suami-isteri juga menjadi orangtua. Anak yang diciptakan / diadakan, dikandung dan dilahirkan oleh dan dalam kasih serta kebebasan juga harus menerima kasih dan kebebasan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Anak harus dididik dan dibina dalam kasih dan kebebasan. Kasih dan kebebasan bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Sejauh mana orangtua telah mendidik dan membina anak dengan baik dan benar?

3) Anak-anak. Sebagai anak kita adalah 'buah kasih' dan telah menerima kasih begitu melimpah ruah dari Allah melalui orangtua kita masing-masing terutama dari ibu. Ingat: kita semua pernah menjadi anak atau saat ini juga masih menjadi anak alias orangtua masih hidup. Maka selayaknya kita sebagai anak hidup dijiwai oleh terima kasih dan syukur serta kemudian mengungkapkan dan mewujudkan terima kasih dan syukur tersebut kepada mereka yang telah mengasihi kita, antara lain dan terutama orangtua/ibu. Ingat syair lagu ini :"Kasih mama kepada beta, tak terhingga sepanjang masa". Kita harus hidup dijiwai terima kasih dan syukur sepanjang masa.

4) Pelajar/mahasiswa/pekerja. Semangat dan sikap belajar hendaknya menjiwai para pelajar, mahasiswa maupun pekerja. Untuk itu memang dibutuhkan keutamaan kerendahan hati, keterbukaan diri untuk menerima segala
kemungkinan dan kesempatan yang dapat mengembangkan dan mendewasakan kita. Para pakar pendidikan menganjurkan agar kita terus belajar sepanjang hidup kita: ongoing education, ongoing formation. Sejauh mana kita memiliki semangat dan sikap belajar serta mewujudkan dengan belajar terus-menerus?

5) Imam/bruder/suster. Imam, bruder atau suster antara lain berjanji untuk 'tetap perawan' alias tidak menikah serta menikmati buah-buah kenikmatan pernikahan yang terkait dengan hubungan seksual. Hidup tidak menikah demi Kerajaan Allah, begitulah motto yang menjadi pegangan. Salah satu buah cara hidup ini adalah persahabatan sejati, lebih-lebih persahabatan antar imam, bruder dan suster sendiri. Maka perkenankan saya kutipkan di sini, pedoman penghayatan dalam taraf psiko-sosial hidup tak menikah ,sebagaimana dikatakan oleh Sr.Joyce Ridick SSCC, Ph.D dalam bukunya "Kaul, harta melimpah dalam bejana tanah liat" (Penerbit Kanisius-Yogkarta 1987), hal 117-118, antara lain sbb: "mencintai kesunyian, mencintai karya dan panggilan hidupnya sendiri, ingin membahagiakan sahabat, kejujuran hati, kebebasan batin, cinta akan doa dan pada Yesus, tidak mengejar persahabatan dengan cara seperti dihayati oleh mereka yang berpacaran atau bertunangan misalnya: sentuhan tangan, birahi, rangsangan seksual dst.., semangat miskin, menghindari gejolak nafsu dan cinta romantis dst."


6) Yang beriman pada Yesus Kristus. Sebagai orang yang beriman pada Yesus Kristus kita diingatkan oleh Paulus demikian: "Engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan"(1Tim 6:11). Apa yang harus dijauhi adalah "cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka."(1Tim 6:10). Orang yang tergila-gila akan uang atau memburu uang memang dengan mudah melupakan atau meninggalkan keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Dengan kata lain jika kita di dunia ini tergila-gila akan uang atau memburu uang, nanti di sorga harus berlatih dan berbuat adil, ibadah, setia, kasih, sabar dan lembut, sebaliknya jika di dunia ini kita senantiasa melakukan dan menghayati keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan, maka di sorga kita akan disediakan uang melimpah ruah.


Sebagai yang beriman pada Yesus Kristus kita dipanggil meneladan cara bertindakNya,sebagaimana diingatkan oleh Paulus tersebut. Menghayati keutamaan-keutamaan tersebut di atas pada dasarnya identik dengan menghormati, memuji dan melayani Tuhan dan sesama di dalam hidup dan kesibukan kerja setiap hari. Maka baiklah secara konkret kita menghormati, memuji dan melayani sesama dan saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun, karena jika di dunia ini kita dapat menghormati, memuji dan melayani sesama maka dengan mudah juga kita beribadah kepada Tuhan: menghormati, memuji dan melayaniNya. Untuk itu kiranya kita senantiasa harus berpikir positif (positive thinking) terhadap sesama kita alias melihat, mengakui dan mengimani apa yang baik, indah, luhur, mulia dalam diri sesama kita atau karya Roh Kudus dalam diri sesama kita yang lemah danrapuh. Pemeriksaan batin atau mawas diri setiap hari merupakan salah satu cara yang mendukung agar kita dapat bersikap dan bertindak demikian itu.


"(Berbahagialah) yang menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskan orang-orang yang terkurung, TUHAN membuka mata orang-orang buta, TUHAN menegakkan orang yang tertunduk, TUHAN mengasihi orang-orang benar. TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. TUHAN itu Raja untuk selama-lamanya, Allahmu, ya Sion, turun-temurun! Haleluya!" (Mzm 146:7-10)


Jakarta, 30 September 2007

Sabtu, September 29, 2007

Renungan Harian bersama Rm. Marya

"Mari dan Lihatlah!"
(Why 12:7-12a; Yoh 1:47-51)


"Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!" Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."(Yoh 1:47-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan para Malaikat Agung - Mikael, Gabriel dan Rafael - hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


· Mikael adalah malaikat komandan perang dalam melawan dan menundukkan setan atau roh jahat. Dalam kehidupan bersama kita masa kini kiranya godaan untuk berbuat jahat 'melayang-layang' di mana-mana dan banyak orang dengan mudah ditaklukkan oleh godaan tersebut dan berbuat jahat seperti "percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya." (Gal 5:19-21). Maka jika kita sungguh beriman marilah kita lawan dan kalahkan godaan untuk berbuat jahat tersebut bersama dengan St.Mikael alias bersama dan bersatu dengan Tuhan. Bersama dan bersatu denganNya kita pasti dapat mengalahkan berbagai bentuk godaan untuk berbuat jahat, karena bersama dan bersatu dengan Tuhan berarti kita menghayati keutamaan-keutamaan "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri"(Gal 5:22-23) dan dengan keutamaan-keutamaan ini semua bentuk godaan kejahatan dapat kita taklukkan. "Siapa dan apa dapat mengalahkan Tuhan?"


· Gabriel adalah malaikat pembawa Kabar Gembira. Setelah bersama dan bersatu dengan Tuhan mengalahkan dan menaklukkan kejahatan kiranya kita akan bergembira ria, maka marilah bersama dengan St.Gabriel kita teruskan dan wartakan kegembiraan tersebut kepada sesama dan saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Jati diri orang beriman dan murid Yesus Kristus adalah pewarta Kabar Gembira, kehadiran dan sepak-terjangnya dimanapun dan kapanpun senantiasa membuat gembira sesamanya, dan mereka semakin bergembira dan beriman kepada Tuhan, sehingga kebersamaan hidup senantiasa menggembirakan. Di dalam kegembiraan semuanya dapat bekerja dengan baik, lancar, cekatan dan berhasil serta hidup saling melayani dan mengasihi. Tidak ada alasan bagi kita semua karena kita telah diselamatkan dan dikasihi Tuhan dengan melimpah ruah melalui saudara dan sesama kita, sehingga kita dapat hidup dan bekerja dengan sehat dan gembira seperti saat ini. Untuk membantu penghayatan kegembiraan ini antara lain senantiasa 'menunduk' alias melihat ke bawah serta melihat dan menghayati apa yang baik, indah, luhur dan mulia dalam diri kita. Bukankah kita lebih beruntung dan berbahagia atau selamat dibandingkan sekian banyak orang yang menderita karena kelaparan, sakit atau menjadi korban keserakahan dan kekerasan?


· Rafael adalah malaikat 'penyembuhan' . Memang tidak semua di antara kita baik, selamat dan bahagia; masih banyak orang yang menderita dan sakit , entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh. Bersama dengan malaikat agung Rafael kita dipanggil untuk menyembuhkan mereka yang menderita dan sakit. Maka baiklah kepada mereka yang menderita karena lapar, haus atau tidak memiliki tumpangan atau tempat berteduh, kita usahakan untuk memberi makanan, minuman dan tempat berteduh yang layak, entah dari kekayaan kita sendiri atau kita mencari sumbangan dari orang kaya. Kepada mereka yang sakit hati kita ampuni dan sapa dengan kasih, kepada yang sakit jiwa kita bimbing dan dampingi dengan rendah hati dan penuh kasih, kepada yang sakit akal budi alias bodoh kita didik atau ajar dengan menghayati motto Ki Hajar Dewantoro 'ing arso asung tulodo, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani' (keteladanan, pemberdayaan dan dorongan atau motivasi), sedangkan kepada mereka yang sakit tubuh kita obati dan kunjungi. Berpartisipasi dalam 'karya penyembuhan atau penyelamatan' tidak akan terlepas dari penderitaan, korban dan perjuangan, sebagaimana telah dihayati dan dialami oleh Yesus Kristus, Tuhan, Guru dan Sahabat kita. "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu" (Yoh 16:20-22), demikian sabda Yesus kepada kita semua.


"Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu."(Mzm 138:1-2)


Jakarta, 29 September 2007

Jumat, September 28, 2007

Renungan Harian Bersama Rm. Marya


"Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan"


(Hag 1:15b-2:9; Luk 9:18-22)



"Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid- Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: "Kata orang banyak, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: "Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit." Yesus bertanya kepada mereka: "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" Jawab Petrus: "Mesias dari Allah." Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapa pun. Dan Yesus berkata: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." (Luk 9:18-22)


Berefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


· Berpartisipasi dalam karya penyelamatan dunia di tengah-tengah situasi dan kondisi dunia yang sarat dengan kebejatan atau kemorosotan moral seperti korupsi, judi, porno, ketidak-setiaan pada panggilan dan tugas perutusan dll. masa kini kiranya tidak akan terlepas dari tantangan dan penderitaan. Apalagi kalau kita lihat dan cermati aneka macam bentuk kekerasan yang masih marak di dalam hidup berkeluarga, karena keluarga merupakan dasar hidup bersama di tengah masyarakat. Maka sebagai murid-murid atau yang beriman kepada Yesus Kristus yang setia, kiranya kita akan mengalami sebagaimana Ia sabdakan untuk DiriNya: "Anak manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat". Merenungkan kutipan Warta Gembira hari ini saya juga teringat kata-kata dari bapak Yudi Latiff dari Universitas Paramadina-Jakarta ketika menyampaikan masukan dalam Seminar Pendidikan di Kolese Kanisiius tgl 7 September yang lain. "Yang berkembang di masyarakat kita saat ini adalah bahasa politik dan bahasa ekonomi atau bisnis, dan kita semua di dalam pendidikan diharapkan memakai bahasa kebenaran", begitulah kurang lebih yang dikatakan oleh bapak Yudi Latiff. Berpartipasi dalam karya penyelamatan dunia harus berbahasa kebenaran, dan untuk itu akan menghadapi bahasa politik dan bahasa ekonomi atau bisnis yang cukup atau sangat kuat dalam kehidupan bersama pada saat ini. Berbahasa kebenaran alias membawa dan mewartakan kebenaran akan menghadapi penderitaan, bahkan dapat menjadi korban alias mati. Namun demikian marilah kita setia berbahasa kebenaran, mewartakan atau membawa kebenaran dalam hidup, tugas perkerjaan dan pelayanan kita, percayalah jika kita terpaksa menjadi korban atau mati pasti akan tumbuh atau muncul pembawa-pembawa kebenaran yang lebih banyak lagi. "Mati satu tumbuh seribu", demikian kata sebuah pepatah.


· "Beginilah firman TUHAN semesta alam: Sedikit waktu lagi maka Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat; Aku akan menggoncangkan segala bangsa, sehingga barang yang indah-indah kepunyaan segala bangsa datang mengalir, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan, firman TUHAN semesta alam" (Hag 2:7-8) Kutipan di atas ini rasanya inspiratif bagi para pejuang dan pembela kebenaran. Kebenaran berasal dari Tuhan, maka Tuhan senantiasa akan menyertai para pejuang dan pembela kebenaran dimanapun dan kapanpun. Memang buah perjuangan dan pembelaan belum tentu dapat kita nikmati saat ini oleh kita sendiri, tetapi tetap tegar dan bergembiralah hai para pembela dan pejuang kebenaran dan renungkan serta imani firman Tuhan semesta alam ini: "Sedikit waktu lagi maka Aku akan menggoncangkan langit dan bumi, laut dan darat, Aku akan menggoncangkan segala bangsa". Kami yakin dalam kegoncangan tersebut para pejuang dan pembela kebenaran masih tetap tegak dan tegar berdiri, sementara itu para pembohong dan yang sombong akan jatuh, hancur berantakan. Kebenaran pasti akan menang atas kejahatan, kebohongan dan kesombongan, kebenaran akan abadi dan pasti sedangkan kebohongan dan kesombongan hanya bersifat sementara atau sesaat saja serta merupakan buah tipu daya setan yang menyengsarakan. Maka meskipun para pejuang dan pembela kebenaran sering harus berjuang sendirian, hendaknya tetap tegar dan tenang dalam hidup dan perjalanan. Sekali lagi kita juga dapat berrefleksi atau merenungkan sabda ini :"Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa."(Yoh 18:14). Satu orang yang dimaksudkan di sini adalah Yesus, yang telah wafat di kayu salib demi keselamatan seluruh bangsa dan seluruh dunia. Mungkin para pejuang dan pembela kebenaran tidak identik dengan apa yang dialami oleh Yesus, namun sekiranya mendekati tetaplah tegar, tenang dan gembira.


"Berilah keadilan kepadaku, ya Allah, dan perjuangkanlah perkaraku terhadap kaum yang tidak saleh! Luputkanlah aku dari orang penipu dan orang curang! Sebab Engkaulah Allah tempat pengungsianku. Mengapa Engkau membuang aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh? Suruhlah terang-Mu dan kesetiaan-Mu datang, supaya aku dituntun dan dibawa ke gunung-Mu yang kudus dan ke tempat kediaman-Mu! Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepada-Mu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku!" (Mzm 43:1-4)


Jakarta, 28 September 2007

Kamis, September 27, 2007

Renungan Harian bersama Rm. Marya


"Ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus"

(Hag 1:1-8; Luk 9:7-9)


"Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan ia pun merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata: "Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?" Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus" (Luk 9:7-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Vinsensius de Paul, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


· Seorang pejabat tinggi yang gila kekuasaan dan kedudukan pada umumnya akan merasa cemas, ketika ada orang baru yang tiba-tiba muncul dan mempengaruhi masyarakat atau rakyatnya. Ia cemas akan kehilangan pengaruh sehingga merasa terancam kedudukan dan jabatannya. Itulah kiranya yang dirasakan oleh Herodes, sehingga ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus, bukan untuk mengikuti dan mempercayaiNya, melainkan untuk 'pasang kuda-kuda' jangan sampai kehadiran Yesus menggerogoti jabatan dan kedudukannya. Ada kecemasan lain yang bertolak belakang dari kecemasan Herodes, meskipun dampaknya sama yaitu berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus, yaitu kecemasan pastor Vinsensius selama melayani anak-anak orang kaya dan melihat begitu banyak anak-anak miskin terlantar dan ditinggalkan. Vinsensius berusaha untuk bertemu dengan Yesus dalam diri anak-anak dan orang miskin, karena Yesus sendiri datang di dunia ini juga dalam kemiskinan. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan pesta St.Vinsensius de Paul hari ini, kami mengajak kita semua, lebih-lebih dan terutama rekan-rekan imam atau pastor, untuk senantiasa berusaha bertemu dengan Yesus dalam anak-anak atau orang-orang miskin dan secara konkret dalam pelayanan dan tugasnya memperhatikan dan berpihak pada yang miskin. Tentu saja bagi imam atau pastor juga harus hidup secara sederhana sebagaimana diharapkan oleh Gereja: "Para klerikus hendaknya hidup sederhana dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang memberi kesan kesia-siaan. Harta benda,yang mereka terima pada kesempatan melaksanakan jabatan gerejawi, setelah dikurangi untuk penghidupan yang layak dan untuk memenuhi semua tugas jabatannya, sisanya hendaklah digunakan untuk kepentingan Gereja dan karya amal" (KHK kan 282). Keteladanan para imam atau pastor dalam hidup sederhana dan keberpihakan pada dan bersama yang miskin sangat dibutuhkan dalam kehidupan menggereja dan memasyarakat pada masa kini. Anak-anak dan orang-orang miskin masih cukup banyak di negeri kita, marilah kita tolong mereka agar dapat hidup layak dan anak-anak miskin juga dapat menikmati pendidikan yang memadai.


· "Beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu! Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!" (Hag 1:5-6). Kutipan ini layak menjadi permenungan dan refleksi kita bersama. Jika kita peka dan cermat melihat lingkungan masyarakat kita, rasanya apa yang difirmankan Tuhan semesta alam tersebut sungguh nyata di sekitar kita. Semesta alam dan isinya diciptakan Tuhan untuk semua manusia, bukan hanya untuk segelintir orang saja. Sekiranya orang kaya tidak berfoya-foya dalam hidupnya dan mengambil atau menikmati sebagian hasil alam semesta alam, rasanya apa yang disediakan Tuhan di alam semesta ini cukup untuk semua manusia agar hidup sehat, damai sejahtera. Namun karena keserakahan segelintir orang maka penderitaaan masih terjadi di sana-sini. Maka bercermin dari firman di atas, kami mengajak dan mengingatkan mereka yang kaya akan uang dan harta benda untuk solider terhadap sesama dan saudara-saudarinya yang miskin dan berkekurangan. Bantulah dan. ulurkan kebaikan anda kepada mereka yang miskin, anak-anak miskin di panti asuhan, korban bencana alam, sekolah-sekolah miskin dst.. Luangkan waktu dan tenaga untuk mengunjungi dan mendatangi mereka, dan dimana perlu serta mungkin tinggallah bersama mereka untuk beberapa waktu. Marilah kita renungkan dan hayati sabda ini: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal." (Mat 25:45-46).


· "Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan. Biarlah orang-orang saleh beria-ria dalam kemuliaan, biarlah mereka bersorak-sorai di atas tempat tidur mereka! Biarlah pujian pengagungan Allah ada dalam kerongkongan mereka" (Mzm 149:3-6a)



Jakarta, 27 September 2007

Rabu, September 26, 2007

Renungan Harian bersama Rm. Marya


"Mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil"


(Ezr 9:5-9; Luk 9:1-6)




"Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu memberikan tenaga dan kuasa kepada mereka untuk menguasai setan-setan dan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit. Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang, kata-Nya kepada mereka: "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju. Dan apabila kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari situ. Dan kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka." Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat."(Luk 9:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


· Rasul berarti 'utusan', seseorang yang memperoleh tugas perutusan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan oleh yang mengutus. Sebagai orang yang telah dibaptis kita semua memiliki tugas perutusan atau dimensi rasuli, sebagai yang diutus untuk mewartakan Injil atau Kabar Baik. Sebagaimana para rasul pergi mengelilingi segala desa sambil memberitakan Injil dan menyembukan orang sakit, maka segala gerak-gerik dan langkah perjalanan kita dimanapun dan kemanapun diharapkan menjadi warta gembira serta membuat mereka yang sakit menjadi sembuh, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit tubuh. Dengan kata lain kemanapun dan dimanapun kita senantiasa menyampaikan apa yang baik dan menyelamatkan atau kehadiran kita senantiasa menjadi kabar baik. Tentu saja pertama-tama kita sendiri harus menjadi orang baik. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku secara universal, dimanapun dan kapanpun juga, tidak terikat oleh ruang dan waktu. Perbuatan-perbuatan baik yang dapat kita laksanakan antara lain: "memberi makan yang lapar, memberi minum yang haus, memberi tumpangan orang asing, memberi pakaian yang telanjang dan malawat atau mengunjungi yang sedang dipenjara" (bdk Mat 25:42-43), entah secara phisik maupun spiritual. Secara phisik artinya memberi makanan, minuman, pakaian, tumpangan dan mengunjungi atau memberi sapaan yang lemah lembut dan penuh kasih, sedangkan secara spiritual antara lain mendoakan mereka. Marilah kita perhatikan siapa saja di tempat kerja atau masyarakat kita yang sungguh membutuhkan kebaikan, atau tempat dan sauasana yang perlu diperbaiki. Kita adalah murid-murid Yesus, Penyelamat dunia, maka di mana ada bagian dunia, seluk-beluk hal-hal duniawi yang tidak selamat, kita semua dipanggil untuk mendatangi dan menyelamatkannya. Hendaknya tidak perlu menunggu perintah dalam hal berbuat baik atau menyelamatkan, ketika ada tempat, suasana atau orang yang tidak baik yang kita lihat marilah segera kita perbaiki. Berbuat baik kiranya tidak perlu izin atau rekomendasi.


· "Karena sungguhpun kami menjadi budak, tetapi di dalam perbudakan itu kami tidak ditinggalkan Allah kami. Ia membuat kami disayangi oleh raja-raja negeri Persia, sehingga kami mendapat kelegaan untuk membangun rumah Allah kami dan menegakkan kembali reruntuhannya, dan diberi tembok pelindung di Yehuda dan di Yerusalem"(Ezr 9:9) Kutipan ini kiranya sangat inspiratif bagi kita semua. Kita semua telah menerima kasih sayang secara melimpah ruah dari Allah melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita, orangtua, kakak-adik, sahabat dan kenalan, guru, atasan atau bawahan dst.. Kita dalam keadaan atau kondisi apapun adalah orang-orang yang terkasih, maka marilah kita tanggapi kasih tersebut dengan berbuat kasih atau berbuat baik kepada yang lain. Yang dipanggil untuk memperbaiki tempat, keadaan/suasana dan sesama tidak hanya mereka yang secara organisatoris berfungsi untuk tugas itu, melainkan kita semua tanpa pandang bulu, jabatan, kedudukan, pangkat, SARA dst.. Memang yang pertama-tama menjadi rumah Allah adalah 'manusia',yang diciptakan sesuai dengan citra atau gambar Allah, maka ketika melihat sesama manusia yang rusak marilah segera kita perbaiki. Jika semua manusia baik, maka baiklah semuanya: tempat, suasana, cara hidup dan cara bertindak dst.. "The man behind the gun", manusia yang berada dibalik senjata itulah yang penting dan terutama dalam kehidupan bersama.
Lingkungan hidup yang manusiawi akan membantu siapapun untuk semakin berbakti kepada Yang Ilahi, dan dengan demikian semua orang senantiasa berusaha dengan rendah hati saling mengasihi sampai mati. Marilah kita usahakan bersama tempat kerja, komunitas/keluarga dan desa atau wilayah kita menjadi damai dan tenang bagaikan 'tempat ibadat', dan orang-orang yang berada di dalamnya bersikap terhadap sesamanya bagaikan ketika sedang beribadat atau berdoa, serta memperlakukan semua sarana-prasarana bagaikan sarana-prasarana ibadat atau doa.


"Terpujilah Allah yang hidup selama-lamanya, dan kerajaan-Nyapun tetap untuk sekalian abad. Memang Ia menyiksa tapi juga mengasihani, Ia menurunkan ke dunia
orang mati, tetapi menaikkan daripadanya juga; tiada seorangpun luput dari tangan-Nya. Muliakanlah Dia, hai orang Israel, di hadapan sekalian bangsa, sebab kita telah dicerai-beraikan-Nya di antara mereka. Wartakanlah kebesaran-Nya di sana, agungkanlah Dia di hadapan segala yang hidup. Sebab Dialah Tuhan kita dan Allah, Ia adalah Bapa kita untuk selama-lamanya."(Tb:13:2-4)


Jakarta, 26 September 2007

Selasa, September 25, 2007

Renungan Harian bersama Rm. Marya

"IbuKu dan saudaraKu ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya"

(Ezr 6:7-8.12b.14- 20; Luk 8:19-21)

"Ibu dan saudara-saudara Yesus datang kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak. Orang memberitahukan kepada-Nya: "Ibu-Mu dan saudara-saudara- Mu ada di luar dan ingin bertemu dengan Engkau." Tetapi Ia menjawab mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara- Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya. "(Luk 8:19-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· KKN (Kolusi, Korupsi dan Nepotisme) rasanya masih marak dalam kehidupan bersama pada saat ini, entah di masyarakat, tempat kerja atau pemerintahan dan perusahaan. Yang paling kentara dan jahat kiranya adalah 'korupsi', namun korupsi dapat merajalela dan sulit dibendung ketika memperoleh landasan dan dukungan dari kolusi maupun nepotisme, sebagaimana terjadi pada era presiden Suharta bersama dengan anak-anak dan kroni-kroninya, yang kemudian dengan mudah ditiru oleh para gubernur. Memang para pejabat publik melakukan korupsi pada umumnya memperoleh dorongan dan dukungan dari bisnis atau pengusaha, yang kaya akan uang dan harta benda. Sabda Yesus hari ini kiranya mengajak dan memanggil kita semua untuk memberantas KKN yang masih marak di era Reformasi dan Otonomi Daerah masa kini. Kita yang percaya kepada Yesus Kristus akan tetap menjadi 'ibu dan saudara-saudariNya' , jika kita mendengarkan firman Allah dan melakukannya. Menjadi pendengar dan pelaksana firman Allah itulah panggilan dan tugas perutusan kita. Firman Allah dapat kita temukan dalam Kitab Suci, dan juga dalam aneka tatanan dan aturan hidup bersama maupun dalam diri orang yang berkehendak baik. Maka marilah kita buka hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita terhadap sapaan, ajakan, nasehat, ajaran dst.. yang memanggil kita untuk berbuat baik: kita dengarkan dengan rendah hati dan kemudian kita laksanakan atau hayati. Keunggulan hidup beriman atau menjadi murid Yesus Kristus hemat saya dalam hal pelaksanaan atau penghayatan, bukan dalam hal pengetahuan akan ajaran atau omongan. Ajaran utama dan pertama dari Yesus Kristus adalah saling mencintai, dan "cinta harus lebih diwujudkan dalam perbuatan daripada diungkapkan dalam kata-kata" (St.Ignatius Loyola, LR no 230). Kami berharap para pejabat publik dapat menjadi teladan dalam pelaksanaan dan penghayatan ajaran, aturan dan tatanan serta tidak hanya pandai atau cekatan dalam hal omong atau pidato saja. Hendaknya para pejabat publik yang telah dipilih oleh rakyat sungguh bersama dan bagi rakyat dalam memfungsikan jabatan dan kedudukan atau melaksanakan tugas perutusannya.

· "Biarkanlah pekerjaan membangun rumah Allah itu. Bupati dan para tua-tua orang Yahudi boleh membangun rumah Allah itu di tempatnya yang semula. Lagipula telah dikeluarkan perintah olehku tentang apa yang harus kamu perbuat terhadap para tua-tua orang Yahudi mengenai pembangunan rumah Allah itu, yakni dari pada penghasilan kerajaan, dari pada upeti daerah seberang sungai Efrat, haruslah dengan seksama dan dengan tidak bertangguh diberi biaya kepada orang-orang itu" (Ezr 6:7-8). Kutipan ini kiranya dapat dijadikan mawas diri lebih-lebih bagi para pejabat publik dalam hidup bersama, hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Apa yang disebut "bupati dan tua-tua orang Yahudi" kiranya para pejabat pemerintah atau publik dan para tokoh masyarakat yang pada umumnya cukup kaya, sedangkan 'rumah Allah' adalah tempat ibadat. Maka kami berharap agar para pejabat pemerintah maupun orang-orang kaya sungguh sosial dalam rangka pengadaan fasilitas-fasilitas umum untuk rakyat, dan hemat saya tidak hanya tempat ibadat, tetapi juga aneka sarana-prasarana lainnya seperti sekolah, rumah sakit, panti asuhan, sarana transportasi umum, jalan-jalan dst.. Semoga kekayaan mereka yang bemilyar-milyar tidak hanya disimpan di bank atau diinvestasikan dalam bentuk uang atau 'valas' tetapi difungsikan untuk membangun sarana-prasarana umum yang sungguh dibutuhkan oleh rakyat banyak. Jauhkan sikap mental menyimpan kekayaan untuk 'tujuh turunan' dan sementara itu banyak orang kelaparan dan kekurangan. Di Indonesia masa kini rasanya dibutuhkan sarana pendidikan atau sekolah yang bermutu serta bantuan atau sumbangan bagi mereka yang miskin dan berkekurangan untuk beaya pendidikan, sehingga 'wajib belajar' tidak hanya menjadi wacana atau omongan, tetapi segera menjadi kenyataan. Kualitas bangsa kiranya ditentukan oleh kualitas pendidikan bagi seluruh rakyat. Perhatikan seluruh rakyat agar makan minum secara sehat dan bergizi serta dapat menikmati pendidikan yang bermutu di negeri sendiri.

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN."

(Mzm 122:1)

Jakarta, 25 September 2007

Senin, September 24, 2007

Renungan Harian bersama Rm. Marya

"Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan"

(Ezr 1:1-6; Luk 8:16-18)


"Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya."(Luk 8:16-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


· "Ngilmu iku kelakone kanthi laku" (=ilmu terbentuk karena praktek, aksi dan perbuatan), demikian peribahasa bahasa Jawa. Peribahasa ini hemat saya merupakan nasehat atau ajakan agar kita senantiasa berusaha dengan rendah hati mempraktekkan apa yang kita pelajari dan ketahui, sebagaimana disabdakan oleh Yesus. Hal senada juga dinasehatkan oleh St.Ignatius Loyola: "Cinta harus lebih diwujudkan dalam perbuatan daripada diungkapkan dalam kata-kata" (LR no 230). Maka menanggapi nasehat-nasehat tersebut di atas marilah kita dalam hidup sehari-hari, entah di dalam keluarga, masyarakat atau tempat kerja sungguh-sungguh mengaktualisasikan atau mewujudkan kepandaian, kecerdasan, pengetahuan, bakat kita ke dalam aksi atau perbuatan-perbuatan , karena dengan demikian kita akan semakin pandai, cerdas, tahu dan terampil. Untuk itu memang dalam pelayanan pendidikan entah yang terjadi di dalam keluarga atau sekolah perlu memperoleh perhatian yang memadai dalam hal praktek, aksi atau perbuatan, entah yang terkait dengan ilmu pengetahuan maupun budi pekerti. Dalam hal berbudi pekerti misalnya perlu adanya pembiasaan-pembiasaan tindakan konkret, misalnya dalam menjaga kebersihan lingkungan hidup hendaknya ketika ada sampah atau kotoran di halaman atau lantai segera dibersihkan, dalam hal kedisiplinan ketika ada anak yang tidak disiplin langsung ditegor dan diperingatkan saat itu, tidak ditunda-tunda, dst.. Salah satu ciri khas pendidikan atau pembinaan adalah pembiasaan-pembiasaan, maka biasakanlah anak-anak sedini mungkin dalam hal berbuat baik kepada sesamanya dan lingkungan hidupnya. Kebaikan semakin diberikan dan dipraktekkan tidak akan berkurang, tetapi semakin berbambah, mendalam dan kuat. Di dalam hidup bersama kami juga berharap: hendaknya jika kita memiliki kecerdasan dan keterampilan tertentu tidak disembunyikan, melainkan tanpa diminta langsung disumbangkan demi kebahagiaan dan kesejahteraan bersama. Keteladanan dari orangtua/dewasa atau atasan dan pemimpin dibutuhkan dalam hal praktek, aksi dan perbuatan ini.


· "Maka berkemaslah kepala-kepala kaum keluarga orang Yehuda dan orang Benyamin, serta para imam dan orang-orang Lewi, yakni setiap orang yang hatinya digerakkan Allah untuk berangkat pulang dan mendirikan rumah TUHAN yang ada di Yerusalem.Dan segala orang di sekeliling mereka membantu mereka dengan barang-barang perak, dengan emas, harta benda dan ternak dan dengan pemberian yang indah-indah, selain dari segala sesuatu yang dipersembahkan dengan sukarela" (Ezr 1:5-6). Pengalaman ini kiranya layak menjadi permenungan dan refleksi kita. Mungkin dalam kebersamaan kita, entah dalam keluarga, masyarakat atau tempat kerja, tidak sedang mendirikan 'rumah Tuhan' tetapi memiliki cita-cita atau tugas perutusan tertentu, yang harus diwujudkan bersama-sama, secara bergotong-royong. Untuk mewujdukan gotong-royong ini kiranya semua orang harus terlibat atau berparsipasi secara aktif dan proaktif. Yang menjadi pemimpin atau atasan hendaknya menghayati kepemimpinan partisipatif, antara lain dengan mendengarkan dan menanggapi saran, keluh kesah dan suka-duka yang dipimpin, sebaliknya yang dipimpin, semuanya hendaknya tidak bermental 'buruh', hanya bekerja kalau diperintah dan ditunggui, tetapi sesuai dengan fungsi masing-masing berusaha seoptimal mungkin melaksanakan tugas pekerjaannya. Jika semuanya aktif dan proaktif hemat saya kebersamaan kita akan indah dan menyenangkan serta menggairahkan, tidak melelahkan dan tidak membuat frustrasi. Seperti dalam tubuh kita yang memiliki begitu banyak anggota dan masing-masing berfungsi secara aktif dan proaktif demi kesehatan dan kebugaran tubuh, demikian hendaknya kebersamaan hidup kita. Maka " kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota-anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus. Hal itu tidak dibutuhkan oleh anggota-anggota kita yang elok. Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus, supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan" (1Kor 12:23-25)


"Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya" (Mzm 126:5-6)


Jakarta, 24 September 2007

Kamis, September 20, 2007

LIPUTAN FORDIS - 17 September 2007

Dikotomi Profesi dan Peran Gender
dalam Perspektif Kristiani



Malam itu pukul 19.30 WIB tepat, FORDIS (Forum Diskusi) kegiatan rutin KKMK KAJ (Kelompok Karyawan Muda Katolik Keuskupan Agung Jakarta) setiap hari Senin di Gedung Karya Pastoral lantai III, Katedral dimulai. Fordis pada tanggal 17 September 2007 kali ini, mengangkat tema mengenai Kesetaraan Gender, yang dibawakan oleh seorang tokoh Top Novelis Indonesia yang sudah mengarang Novel lebih dari 90 novel, pengarang puluhan makalah, pembicara di berbagai seminar dan wakil dari WKRI (Wanita Katolik Republik Indonesia) di Kantor Menteri Pemberdayaan Wanita. Seorang wanita yang sederhana dan luar biasa ini biasa dipanggil Ibu Maria (bukan Maria ibu Yesus loh, red) nama lengkapnya Ibu Maria A. Sardjono. Ibu yang berdomisili di daerah Jatibening (termasuk wilayah Paroki St. Leo Agung), membawakan fordis kali ini dengan suasana serius tetapi santai. Beliau mengatakan bahwa kesetaraan yang dimaksud di sini bukan bermaksud untuk meng-kontroversi antara pria dan wanita, akan tetapi lebih ke arah sisi human being. Bagaimana kita tidak men “jenis kelamin” kan pekerjaan, jabatan, profesi, peralatan , warna dan lain sebagainya. Nah, di sini audience dapat belajar banyak mengenai kesetaraan gender dari kacamata iman kristiani. Ibu Maria juga menggunakan beberapa ayat – ayat di Alkitab yang mendukung materi yang disampaikan. Hingga tanya jawabpun terjadi ketika Ibu Maria selesai memberikan materi. Audience sangat antusias bertanya mengenai hal – hal yang mungkin selama ini pemahaman mengenai kesetaraan gender agak kurang atau mungkin belum banyak mendapatkan informasi yang membahas mengenai kesetaraan gender. Acara selesai sekitar pukul 21.30 WIB, diakhiri dengan foto bersama (Cheeeesseeeee..... :-) ayo senyum semua, jangan sampai ada yang cemberut ya.....) dan pemberian kenang – kenangan oleh Bapak Hengky Gosyanto kepada Ibu Maria. Dan kali ini, penulis diberi kesempatan untuk menjadi MC (duh, senangnya diberi kesempatan belajar). Wah, luar biasa banget ya, kita menjadi mengetahui banyak hal kalau ikut fordis setiap hari Senin. So, saya mengajak teman – teman sekalian seluruh karyawan muda katolik yang ada di Jakarta, Tangerang dan Bekasi untuk datang rame – rame ke fordis, ajak teman yang lainnya yaaa....... agar kita dapat bertumbuh dan berkembang bersama – sama di KKMK. Tetap semangat dan Tuhan memberkati setiap karya dan usaha kita. Amin. (florentina)


Sabtu, September 15, 2007

POLLING UNTUK TOPIK FORDIS

Mohon partisipasi Anda dengan mengisi polling topik Fordis yang mana yang Anda sukai dengan meng-klik link di sebelah kanan: A KKMK KAJ POLLING atau visit blog polling di kkmkkaj-polling.blogspot.com.

Terima kasih atas partisipasi Anda. GBU.