Senin, Oktober 01, 2007

"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"

(Yes 66:10-14; Mat 18:1-5)


"Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."(Mat 18:1-5), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini.


Berefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Teresia dari Kanak-kanak Yesus, perawan dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


· Tambah usia, semakin tua dan berpengalaman pada umumnya juga bertambah dosanya, maka kiranya dapat diimani bahwa Yesus bersabda: "Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga". Seorang anak memang rendah hati: siap mendengarkan, polos, taat, jujur, ceria, dst.., dengan kata lain siap sedia diperlakukan apapun
oleh yang lain. Salah satu doa St.Teresia dari Kanak-kanak Yesus yang sungguh menarik adalah :"Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biralha saya menjadi mainanMu. Anggap saja saya ini bolaMu. Bila akan Kauangkat, betapa senanghatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silahkan! Dan kalau hendak Kautinggalkan di pojok kamar lantaran bosa, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu...O, Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendakMu!" (Ensiklopedi Orang Kudus, Yayasan Cipta Loka - Jakarta, hal 292). Apa yang didoakan ini juga dihayati oleh St.Teresia, dengan kata lain ia sungguh menghayati keutamaan ketaatan dengan rendah hati. Keutamaan inilah kiranya yang juga harus kita mohon dari Tuhan dan kita hayati dalam hidup sehari-hari. Ketaatan pertama-tama memang taat kepada kehendak Tuhan, dan kehendak Tuhan antara lain dapat kita temukan atau jumpai juga dalam diri sesama kita yang berkehendak baik atau dalam berbagai aturan dan tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas perutusan kita masing-masing. Ingat ketika kita dibaptis berjanji: "hanya mengabdi atau melayani Tuhan Allah saja dan menolak semua godaan setan"! Semangat dan sikap melayani erat kaitannya dengan keutamaan ketaatan dan kerendahan hati. Maka jika kita ingin menjadi besar dalam Kerajaan Sorga marilah hidup saling melayani dengan rendah hati.


· "Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti sungai, dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir; kamu akan menyusu, akan digendong, akan dibelai-belai di pangkuan. Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini akan menghibur kamu"(Yes 66:12-13) Kutipan ini kiranya inspiratif bagi kita semua yang hendak hidup dan bertindak melayani dengan rendah hati. Tindakan melayani dengan rendah hati hemat saya akan 'akan mengalirkan keselamatan seperti sungai, membuat orang lain semakin kaya akan keutamaan dan nilai-nilai serta memberi hiburan kepada yang dilayani'. Ingat cara hidup dan cara bertindak pelayan yang baik di rumah tangga , komunitas, atau tempat kerja: bukankah apa yang mereka kerjakan membuat kita semua selamat, gembira dan terhibur. Sebaliknya bukankah ketika tiada pelayan, entah pelayan sakit atau cuti seperti pada hari raya Idul Fitri, kita menjadi kalang kabut, situasi kurang selamat dan merasa terancam? Kutipan di atas mengangkat peran seorang ibu, yang menyusui, menggendong, membelai-belai dan menghibur anaknya, maka baiklah di sini saya mengingatkan dan mengajak para ibu atau rekan perempuan untuk mawas diri: kehadiran dan sepak terjang anda dimanapun dan kapanpun hendaknya menjadi 'hiburan' bagi orang lain atau sesama, tentu saja bukan hiburan murahan sebagaimana dilakukan oleh perempuan penghibur alias pelacur. Namun cara perempuan penghibur atau pelacur melayani dan membahagiakan tamunya, laki-laki hidung belang, kiranya dapat menjadi inspirasi, yaitu bagaimana kita memperlakukan orang lain atau sesama yang mendatangi kita. Hendaknya mereka yang mendatangi atau menyapa kita jangan dikecewakan atau menjadi sedih dan murung, melainkan dihibur dengan rendah hati. Marilah kita saling membantu dan meneguhkan dalam hal saling menghibur atau membahagiakan, karena kita adalah murid-murid atau pengikut Yesus, Pewarta Kabar Gembira. Marilah menjadi seperti anak kecil, yang senantiasa gembira, lucu, menarik dan siap sedia untuk diperlakukan apa saja oleh orang lain.


"TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!" (Mzm 131)


Jakarta, 1 Oktober 2007

Rm. Ign. Sumarya, S.J.


Tidak ada komentar: