Kamis, Oktober 11, 2007

PESAN VATIKAN DI AKHIR RAMADAN UNTUK IDUL FITRI 1428 H. / 2007 A.D.

MUSLIM DAN KRISTEN DIMINTA JADI “PENDIDIK PERDAMAIAN”

KOTA VATIKAN (UCAN, 1/10/2007) -- Vatikan meminta kaum Muslim untuk bekerja sama dengan umat Kristen demi perdamaian dan untuk meningkatkan penghormatan terhadap kebebasan beragama.

Jean-Louis Kardinal Tauran, ketua Dewan Kepausan Untuk Dialog Antaragama (PCID, Pontifical Council for Interreligious Dialogue), mengeluarkan himbauan ini pada 28 September dalam pesan tahunan yang dikirim Vatikan kepada kaum Muslim yang merayakan Idul Fitri. Pesta paling besar dalam penanggalan Islam ini mengakhiri bulan puasa Ramadan.

Pengamatan langsung bulan baru secara tradisional memulai sebuah bulan baru dalam kalender bulan Islam, dan kebanyakan kaum Muslim akan merayakan Idul Fitri pada 13 Oktober tahun ini. Tahun ini, dalam pesan Vatikan ini -- Umat Kristen dan Kaum Muslim Dipanggil Untuk Mempromosikan Kebudayaan Damai – kalender Islam (1428) dan penanggalan Barat diberikan.

"Dalam masa-masa sulit yang sedang kita lewati," tulis pesan itu, "umat beriman, sebagai hamba dari Yang Mahakuasa, bagaimanapun bertanggungjawab untuk mengupayakan perdamaian, dengan menunjukkan rasa hormat terhadap keyakinan-keyakinan individu dan komunitas di manapun melalui praktek kebebasan beragama."

Pesan ini juga menekankan pentingnya kebebasan beragama sebagai "hak setiap individu dan batu sendi dari hak asasi manusia."

Banyak lebih dari satu milyar kaum Muslim dunia berada di Asia, yang meliputi empat negara dengan penduduk Muslim terbesar: Indonesia, Pakistan, Banglades, dan India. Malaysia dan Brunei juga berpenduduk mayoritas Muslim, seperti halnya semua republik Asia Tengah. Lebih dari 2 milyar adalah umat Kristen, sehingga umat Kristen dan kaum Muslim bersama-sama meliputi sekitar separuh dari populasi dunia.

Monsignor Felix Machado, sekretaris PCID asal India, menjelaskan kepada UCA News di Roma, "Kebebasan beragama merupakan jantung hak asasi manusia, dan Gereja Katolik menjadi protagonis kebebasan beragama."

"Paus Paulus VI, Paus Yohanes Paulus II, dan sekarang Paus Benediktus XVI tidak pernah lalai menyuarakan kebebasan beragama sebagai hak asasi manusia yang fundamental,” katanya, dan “agama-agama lain, khususnya Islam, perlu memperhatikan aspek ini."

Monsignor itu menambahkan, "Problem pembatasan praktek agama masih sungguh akut di beberapa negara." Dia juga mengakui bahwa "masih ada banyak ketidaktahuan tentang agamanya sendiri, serta prasangka dan gagasan stereotip tentang agama orang lain." Karena alasan inilah, "ada suatu kebutuhan mendesak untuk mendidik umat beriman" dalam seluruh wilayah ini, katanya.

Monsignor Machado juga menunjukkan bahwa pesan Vatikan ini dikirim terlebih dahulu ke berbagai organisasi besar Islam internasional yang berdialog dengan Vatikan dan ke kedutaan-kedutaan besar dari negara-negara Muslim, serta ke berbagai konferensi waligereja.

Teks lengkap pesan PCID adalah sebagai berikut:

PESAN VATIKAN DI AKHIR RAMADAN UNTUK IDUL FITRI 1428 H. / 2007 A.D.


Kaum Muslim dan Umat Kristen: Dipanggil Untuk Mempromosikan Kebudayaan Damai

Rekan-Rekan Kaum Muslim Yang Terkasih,

1. Ini merupakan suatu kebahagiaan khusus bagi saya untuk pertama kali mengirim pesan hangat penuh persahabatan dari Dewan Kepausan Untuk Dialog Antaragama pada Hari Raya Idul Fitri Anda yang penuh kegembiraan di saat bulan puasa Ramadan yang penuh doa berakhir. Bulan ini selalu merupakan suatu kesempatan penting bagi komunitas kaum Muslim dan memberi setiap individu Muslim suatu kekuatan baru untuk eksistensi personal, keluarga, dan sosialnya. Penting bahwa semua kita memberi kesaksian tentang keyakinan agama kita dengan suatu kehidupan terus terintegrasi dan menyatu dengan rencana Sang Pencipta, suatu kehidupan menaruh perhatian pada pelayanan saudara-saudari kita dalam solidaritas dan persaudaraan yang semakin kental dengan penganut agama lain dan semua orang yang berkehendak baik, dengan kerinduan untuk bekerja sama demi kesejahteraan bersama.


2. Di masa-masa sulit yang sedang kita lewati, umat beragama, sebagai hamba dari Yang Mahakuasa, bagaimanapun bertanggungjawab untuk mengupayakan perdamaian, dengan memperlihatkan rasa hormat terhadap kebebasan hati nurani, yang merupakan hak individu dan komunitas di mana saja melalui praktek kebebasan beragama. Kebebasan beragama, yang tak boleh direduksi ke semata-mata kebebasan beribadat, merupakan satu dari aspek-aspek esensial kebebasan hati nurani, yang merupakan hak setiap individu dan batu sendi hak asasi manusia. Perlu dipertimbangkan persyaratan yang perlu bagi sebuah kebudayaan damai dan solidaritas di antara umat manusia untuk dibangun, yang di dalamnya setiap orang dapat sepenuhnya terlibat dalam pembangunan masyarakat yang terus meningkatkan persaudaraan, dengan melakukan apa saja untuk menyingkirkan, mengutuk, menolak setiap hal yang menimbulkan kekerasan yang tak pernah mungkin digerakkan oleh agama, karena kekerasan itu melukai citra Allah di dalam manusia. Kita tahu bahwa kekerasan, terutama terorisme yang menyerang secara membabi buta dan menjatuhkan korban tak berdosa yang tak terbilang jumlahnya, tidak mampu menyelesaikan konflik-konflik. Kekerasan itu hanya menciptakan mata rantai yang mematikan dari kebencian yang merusak, dan yang menciptakan kerusakan umat manusia dan masyarakat.


3. Sebagai umat beriman, semua itu terserah kepada kita apakah kita mau menjadi pendidik perdamaian, pendidik hak asasi manusia, pendidik kebebasan yang menghormati setiap pribadi. Selain itu, perlu juga ada kepastian tentang jalinan sosial yang senantiasa kuat, karena manusia harus memperhatikan saudara-saudarinya tanpa diskriminasi. Tidak ada individu dalam komunitas bangsa harus dikecualikan hanya karena alasan ras, agama, atau karakteristik pribadi lain apapun. Bersama-sama, sebagai penganut agama yang berbeda, kita dipanggil untuk menyebarkan suatu ajaran yang menghormati manusia. Kita dipanggil untuk menyebarkan sebuah pesan kasih di antara individu maupun bangsa. Kita secara khusus bertanggungjawab untuk memastikan bahwa orang-orang muda kita, yang akan memikul tanggung jawab terhadap dunia di masa depan, dibentuk dalam semangat ini. Bagaimanapun, ini merupakan tanggung jawab keluarga dan kemudian mereka yang terlibat dalam dunia pendidikan, dan para pemimpin masyarakat dan agama. Mereka semua bertugas untuk memperhatikan penyebaran suatu ajaran yang adil. Mereka harus menyediakan pendidikan yang memadai bagi setiap pribadi sesuai keadaan tertentu, terutama pendidikan kewarganegaraan yang mengajak setiap orang muda untuk menghormati orang-orang disekitarnya, dan untuk melihat mereka sebagai saudara-saudari yang bersamanya dipanggil untuk hidup setiap hari, bukan dengan bersikap acuh tak acuh, tetapi peduli sebagai saudara. Ini lebih mendesak dari apapun, dan ini perlu diajarkan kepada generasi muda tentang nilai-nilai kemasyarakatan, moral, dan kemanusiaan yang fundamental. Ini perlu baik untuk kehidupan komunitas dan personal.


Semua kekasaran harus digunakan untuk mengingatkan kaum muda tentang apa yang sedang menanti mereka dalam kehidupan sosial. Yang menjadi ukuran adalah kesejahteraan bersama dalam masyarakat dan di seluruh dunia.


4. Dalam semangat ini, adanya dan mendalamnya dialog antara umat Kristen dan kaum Muslim harus dianggap penting, baik dalam dimensi pendidikan maupun kultural. Maka segenap kekuatan dapat dikerahkan dalam pelayanan manusia dan kemanusiaan, sehingga generasi muda tidak menjadi blok budaya dan agama yang saling berlawanan, tetapi saudara dan saudari sejati dalam kemanusiaan. Dialog merupakan alat yang dapat membantu kita untuk keluar dari spiral konflik dan berbagai ketegangan terus menerus dalam masyarakat, sehingga segenap masyarakat dapat hidup tenang dan damai, saling menghormati, dan rukun di antara komponen kelompok.


Agar semua ini tercapai, dengan sepenuh hati saya mohon kepada kalian untuk sedikit memperhatikan kata-kata saya, sehingga, melalui kontak dan pertukaran, umat Kristen dan kaum Muslim akan bekerja sama dalam rasa saling menghormati demi perdamaian dan masa depan yang lebih baik bagi semua orang. Kerja sama itu akan menjadi teladan untuk diikuti dan ditiru oleh orang muda dewasa ini. Dengan begitu, mereka akan memiliki keyakinan yang baru dalam masyarakat dan akan melihat kemajuan dalam menyatu dan terlibat transformasi sosial. Pendidikan dan teladan juga akan menjadi sumber harapan bagi mereka di masa depan.


5. Ini adalah harapan penuh bersemangat yang saya bagikan dengan kalian: umat Kristen dan kaum Muslim terus mengembangkan hubungan yang konstruktif dan penuh persahabatan untuk saling berbagi kekayaan khusus mereka, dan bahwa mereka akan secara khusus memperhatikan mutu kesaksian dari sesama umat mereka.


Sahabat-sahabat Muslim yang terkasih, sekali lagi saya sampaikan salam hangat saya pada kesempatan pesta yang kalian rayakan dan saya mohon kepada Allah sumber Perdamaian dan Kerahiman untuk menganuegrahkan kesehatan yang baik, ketenangan, dan kemakmuran kepada kalian.


Jean-Louis Kardinal Tauran Uskup Agung Pier Luigi Celata

Ketua Sekretaris

1 komentar:

dhubhin sing mengatakan...

saya juga seorang muslim tapi saya ingat ada kata Allah dalam alqur'an bahwa tidak akan senang orang yahudi dan nasrani sebelum kita menuruti mereka, maka dari itu saya rasa saudara jangan dulu senang karena bisa jadi itu merupakan suatu politik dari mereka, maka dari itu saya anjurkan pada saudara untuk mendalami dan mempelajari pesan kristen tersebut, tapi saya sarankan juga agar saudara mempelajarinya dengan niat ikhlas dari Allah dan jika bisa saya anjurkan anda mempelajarinya berdasarkan Al qur'an